Senin, 17 November 2014

ULAMA’ WAHABI GEMAR MEMALSUKAN AL-QUR’AN DAN AL-HADIST TENTANG SAMPAINYA PAHALA BACAAN AL-QUR’AN DAN TAHLIL

ULAMA’ WAHABI GEMAR MEMALSUKAN AL-QUR’AN DAN AL-HADIST TENTANG SAMPAINYA PAHALA BACAAN AL-QUR’AN DAN TAHLIL

 
وان ليس لانسان الا ما سعى.                                                  

“Dan tidaklah bagi seseorang kecuali apa yang telah di kerjakan sendiri (Surat An-Najmi 39) Kadang untukmemperkuat argumennya disertai dengan hadist Rosul yang berbunyi:
“Apabila anak adam mati, maka putuslah segala amal perbuatannya kecuali tiga perkara : Yaitu;  Shodaqoh jariyah, ilmu yang dimanfa’atkan, dan anak shaleh yang mendo’akan dia”. Ini menunjukkan mereka kurang faham apa yang dimaksud kedua dalil tadi, sebab dalil yang pertama menafikan semua yang di usahakan orang lain, artinya walaupun “ Anak yang shaleh tidak kan berguna kecuali amal usaha sendiri “ karena kontek tadi kecuali amal usahanya sendiri “Sedang dalil yang kedua masih menerima usaha orang lain termasuk usaha do’a anak yang shaleh, berarti dalil yang kedua masih menerima usaha orang lain, terbukti “ Do’a anak tadi “ jelas bertentangan, padahal haqeqatnya hadist dan al-Qur’an tidak akan bertentangan, berarti salah dalam menafsirkan ayat tadi :

BAGAIMANAKAH YANG BENAR PENAFSIRAN SURAT AN-NAJMI TADI ?

وان ليسل لانسان الا ما سعى . 

Ayat ini, dapat diambil maksud, bahwa secara umun yang menjad “ hak seseorang ia kerjakan “ sehingga seseorang tidak menyandarkan kepada perbuatan orang lain. Tetapi makna ini tidak berarti menghilangkan perbuatan orang lain.
Didalam “ Tafsir Attobari  jilid 9 juz 27 dijelaskan, bahwa ayat tesebut di turunkan ketika Walid Bin Mughiroh masuk islam diejek oleh orang musyrik, dan orang musyrik tadi berkata; “ Kalau engkau kembali kepada Agama kami dan memberi uang kepada kami, kami yang menanggung siksaaanmu di neraka”. Maka Alloh saw. menurunkan ayat diatas, yang menunjukkan seseorang tidak bisa menanggung dosa orang lain, bagi seseorang apa yang telah di kerjakan, “ Bukan berarti menghilangkan pekerjaan seseorang untukorang lain “ Seperti Do’a, baca al-Qur’an dan tahlil, “ Karena ayat tersebut teguran kepada orang kafir “

Dalam Tafsir Attobari dijelaskan, dari sahabat Ibnu Abbas, bahwa ayat tersebut telah dimansukh yang berbunyi sebagai berikut:

عن ابن عباس : قو له تعالى "وان ليس لانسان الا ما سعى" فا نزلالله بعد هذا: والذىين أمنواواتبعتهم ذريتهم بايمان ألحقن بهم ذريتهم فادخل الله الأ بناء بصلاته لاباءالجنة                                  

“Dari sahabat Ibnu Abbas dalam firman Allh saw. Tidaklah bagi seseorang kecuali apa yangtelah di kerjakan, kemudian Allah menurunkan ayat surat At-Thur, 21“ dan orang-orang yang beriman, dan anak cucu yang mengikuti mereka dalamkeimanan”, kami pertemukan anak cucu mereka dengan mereka “walaupun tidak sebanding dengan amalan orang tua, maka Allah akan memasukkannya kedalam syurga” juga lihat tafsir Khazin,juz 6 halaman 223).

DAN BANYAK SEKALI AYAT YANG MENUNJUKKAN AYAT “AL-INSAN” ITU YANG DI MAKSUD ADALAH ORANG-ORANG KAFIR, SEBAGAIMANA TERMAKTUB DALAM TAFSIR “ALBAGHOWI SEBAGAI BERIKUT:

وقال لربيع بن انس وان ليس الاماسعى الكافرفامالمؤمنون فله ما سعى وماسعي له وقيل ليس للكافر من الخيرالا ماعمل هو فيثاب عليه فى الدنياحتى لا يبقى له فى الا خرةخيرويروى أن عبدالله بن ابي كاناعطى العباس قميصاالبسه اياه فلمامات ارسل رسول الله صلعم. قميصه ليكفن فيه فلم يبقى له حسنة فى الا خرة يثابعليها .            

“Pernah berkata Arrobi bin Anas : Dan tidaklah bagi manusia itu melainkan apa yang diusahakannya,  ”maksudnya orang kafir”. Adapun orang mu’min maka ia mendapat apa yang dia usahakannya dan yang diusahakan orang lainuntuknya. Dan diakatakan: Tidak ada bagi Kafir dari pada kebaikan melainkan apa yang telah amalkan, maka ia diberikan pahala di dunia sehingga tidak bersisa lagi baginya kebaikan di akhirat. Dan diriwayatkan oleh Abdullah bin Ubai (orang munafiq) pernah memberikan kepada Sayyidina Abbas sebuah baju kurung yang di pakainya, maka tetkala ia mati Rosulullah Saw. mengirimkan untuknya sebuah baju kurung untukkain kafannya, sehingga tidak lagi baginya kebaikan untuk di terima sebagai pembalasan di akhirat.

BEGITU JUGA ASSYSAUKANI DI DALAM NAILUL AUTHARNYA SEBAGAI BERIKUT :

وقال فىشرح الكنزأن الاية منسوخة بقوله تعالى والذ ين امنواواتبعتهم ذريتهم وقيل الا نسان اريد به الكا فر واما لمؤ من قله ما سعى اخوا نه وقيل ليس له من طريق العدل وهو له من طر يق الفضل وقيل اللام. بمعنى على كمافى قوله تعالى ولهم اللعنة اي وعليهم. انتهى.                                               

Berkata pengarang Syaikhul Kanzi: Sesungguhnya ayat tersebut sudah dinasakhkan dengan firman Allah Ta’ala :

والذين امنواواتبعتهم ذريتهم .                                                

“Dan dikemukakan pendapat : Al-Insan yang di maksudkan adalah orang kafir. Dan adapun orang mu’min bisa mendapat apa yang diusahakan, oleh saudara-saudaranya. Dan dikemukakan pendapat: Bukan hak manusia dari jalan ‘adl (pembalasan),dan dia itu keuntungan bagi manusia dari jalan karunia. Dan dikemukakan pendapat : lam dengan ma’na ‘ala, seperti dalam firman Allah Ta’ala : “ Walahumul la’natu” artinya, Wa’alaihim. Selesai. Maka dengan taqdir ini, menjadilah ma’na ayat : Tidaklah akan menimpa manusia dari pada kedosaan, melainkan apa yang ia usahakan. Adapun kebaikan dari orang lain maka tidaklah di nafikan. (Nailul Authar juz 4 halaman100-101)

BEGITU JUGA PENDAPAT SYAIKHUL ISLAMIBNU TAIMIYAH DAN IBNUL QOYYIM AL-JAUZI.SEBAGAI TOKOH DAN SEKALIGUS “ULAMA’ WAHABI” SEBAGAI BERIKUT : 
القرأن لم ينف التفاع الرجل بسعي غيره وانمانفى ملكه لغيرسعيه وبين الامرين من الغرق مالا يخغى فأخبرتعالى انه لايملك الاسعيه واما سعي غيرفهوملك لساعيه فان شاء انيبذ له لغيرهوان شاء ان يبقيهلنفسه وهو سبحا نه لم يقل لا ينتفع الا بما سعى وكان شيخنا يختارهده الطريقة وير جحها .

Al-Qur’an tidak menolak beroleh manfa’at seorang dengan usaha orang lain itu. Hanyasanya menolak pemilikannya dari selain usahanya. Dan diantara dua persoalan ini, terdapat perbedaan yang tidak tersembuny. Maka Allah ta’ala mengkhabarkan bahwasanya seseorang tidak memiliki melainkan usahanya. Dan adapunusaha orang lain, maka yaitu milik yang mengusahakannya sendiri. “MAKA JIKA IA MAU, DAPAT DIBERIKANNYAKEPADA ORANG LAIN,”Dan jika mau dapat di kealnkan untuk dirinya. Dan Dia Allah SWA. Tidak mengatakan: “ SEORANG TIDAK BERMANFA’AT MELAINAN DENGAN USAHANYA. Dan Guru kami,(Ibnu Taimiyah) telah memilih jalan ini, yang mentarjihkannya.

BUKTI KATA-KATA “AL-INSAN“ HANYA UNTUK ORANG KAFIR INI, TERDAPAT DI 12 TEMPAT DI DALAM A-QUR’AN AL-KARIM. DIANTARANYA:

1-    Wakaanal-Insaanu kafuuroo ( Al-Isro’ 67 )
2-    Wakaanal insaanu qotuuro ( Al-Isro’ 100 )
3-    Wakaanal insaanu akstaro syai’in jadalaa ( Al-Kahfi 54 )
4-    Ayahsabul insaanu anyutroka suda ( Al-Qiyaamah 36 )
5-    Qutilal insaanu maaakfaroh ( Al-Abasa 17 )
6-    Yaa’ayyuhal insaanu maa ghorroka birbbikal kariim ( Al-Imfithaar 6 )
7-    Yaa ayyuhal’insaanu maa ghorroka birobbikal kariim (Al- Infithaar 6 )
8-    Yaa ayyuhal insaanu innaka kaadihun ilaa Robbika kadhan famulaaqiih ( Al-Insyiqoo 6 )
9-    Innal insaana ladholuumun kaffaar ( Ibrahim 34 )
10- Innal insaana lakaafuur, (Alhaj 66)
11- Fainnal insaana kafuur 48 )
12- Kalla innal insaana layathghoo (al-Alaq 6).

BERKATA IMAM ABU JA’FAR AT-TABARI, SEORANG OLAMA’ PADA KURUN KETIGA HIJRIYAH( MENINGGAL 310 H), PENGARANG TAFSIR “JAMI’UL BATYAN FI TA’WILI AYYATIL QUR’AN”, KETIKA MEBAFSIRI AYAT INI SEBAGAI BERIKUT :

1-    Anak cucu orang mu’min diangkat derajatnya dalam syorga bersama bapaknya yang mu’min, walaupun amalnya tidak sebanyak amalan bapaknya.
2-    Anak-anak orang mu’min yang belum baligh, dimasukkan kedalam syorga bersama bapaknya, walaupun mereka belum sempurna imannya.
3-    Anak cucu orang mu’min diberi pahala sama banyak dengan bapaknya. Ini menujukkan, mendapat manfaat selain amalan dirinya sendiri.
4-    Amal pahala ibadah haji yang di kerjakan anak boleh diberikan atau di hadiahkan kepada orang tua, ini bukti selain amalan sendiri mendapat manfa’at (Imam Bukhori Fathul bari juz 4 halaman 437)  juga pahalahaji anak wanita sampai (HR. Bukhori fathul bari juz 4 halaman 439-440)
5-    Ibadah haji bisa di gantikan orang lain, apabila ada udzur, dan pahalanya bisa sampai kepada yang bersangkutan.(Sunan Abu Daud juz 2 halaman 162)
6-    Nabi berkorban pahalanya untuk beliau sendiri, keluarganya dan pahala tersebut juga untuk ummat muhammad saw.( Shaheh Muslim juz 8 halaman 122).
Mengomentari hadist ini pengarang kitab “ Bariqatul muhammadiyah mengatakan, “ bahwa umat islam seluruh dunia mendapat manfa’at pahala korban yang dikerjakan Nabi Muhammad saw. (Bariqatul Muhammadiyah, juz 2 halaman 99-Cetakan “ Mustafa Babil Hallabi 1348 H.)
7-    Seorang yang meninggal dunia tapi masih mempunyai tanggungan hutang puasa, maka walinya harus membayar dengan puasa pula.( Imam Muslim syrah Muslim juz 8 halaman 23). Bhkan Imam Nawawi dalammemberi komentar hadist ini, yang di maksud dengan  “WALI” ialah sahabat karibnya atau atau ahli waris.
8-    Bahwa seseorang yang wafat, sedangkan masih mempunyai tanggungan hutang, masih belum bisa masuk syorga sebelum di lunasi hutangnya, sebelum di bayar oleh kerabatnya (Shaheh Trmidzi juz 4 halaman 297).
9-    Seseorang yang meninggal disholati sampai 3 shof ( barisan ) maka wajib si Mayyit mendapat keampunan (Shaheh Tirmidzi juz4 halaman 247). Juga mayyit yang di sholatai mencapai 100 orang wajib syafa’a (Shaheh Tirmidzi juz 4 halaman 247). Juga di riwayatkan Imam Muslim.(Syarah Muslim juz 7 halaman 17).Juga dijelaskan Mayyit yang disholati Muslim yang di sholati 40 shaf yang tidak mempersekutukan Tuhan maka mayyit mendapat syafa’at (Sunan Abu Dawud juz 3 halaman 203).
10- Ada sorang anak bercerita kepada Rosul, kalau ibunya tidak sempat bersedekah,sedangkan punya anak mempunyai kebun, kalaudisedekahkan atas nama ibunya apa bermanfa’at,? Rosul menjawab Ya. ( Shaheh Tirmidzi juz 3 halaman 157).
11- Sa’ad bi  Ubadah minta fatwa kepada Nabi tentang ibunya yang mempunyai nadzar namu tidak terlaksana, Nabi menjawab,“Bayarlah sebagai pengganti ibunya (Sunan Abu Daud juz 3 halaman 236).Dan masih banyak lagi

                                   

والله اعلم باالصواب                                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar