Selasa, 11 November 2014

SITI AISYAH SENANG BERIBADAH KEPADA ALLAH

SITI AISYAH SENANG BERIBADAH KEPADA ALLAH


Siti Aisyah tidak cukup hanya untuk menjadi seorang muslim dengan menjadi anak orang Islam saja. Ia telah masuk Islam ketika ia masih kecil, bersama-sama dengan kakaknya, Asma’. Aisyah memiliki sifat wara’ dan ketakwaan yang tinggi. Hatinya sangat lembut dan penuh kasih sayang, hingga sering ia tidak kuasa menahan tangis. Ketika mengalami haid saat pelaksanaan haji wada’ sehingga gagal berumrah, ia pun menangis.

Siti Aisyah memang mempunyai ayah dan suami dari orang yang paling mulia. Tetapi bukan karena itu, semata-mata yang membentuk kemuliaan dirinya. Ia mulia, karena memang ada keinginan dan tekad untuk mulia. Aisyah sangat tekun beribadah, rajin bershadaqah, dan giat melaksanakan berbagai amal saleh. Seluruh waktunya penuh diisi dengan dzikir dan bertaqarrub kepada Allah.

Dalam kaitannya dengan ibadah ini, Allah berfirman, “Katakanlah, ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am: 162).

Rumah Siti Aisyah adalah tempat tinggal dan tempat berlindung seorang pemuka umat manusia, Rasulullah. Beliau selalu masuk ke dalam biliknya usai shalat Isya’, bersiwak dan langsung tidur. Di tengah malam, beliau bangun untuk bertahajud. Di penghujung malam, beliau membangunkan Aisyah. Ia pun shalat bersama Rasulullah dan witir bersama. Jika fajar menyingsing, Rasulullah shalat fajar dua rakaat lalu berbaring menghadap kanan sambil berbincang-bincang dengan Aisyah, sampai muadzin mengumandangkan iqamah.

Aisyah juga selalu melakukan shalat bersama Rasulullah dalam kondisi tertentu, seperti saat gerhana dan sebagainya. Ia biasanya menjadi makmum di kamarnya, sementara Rasulullah mengimami shalat orang-orang di masjid. Ia sangat rajin melaksanakan shalat lima waktu, qiyam al-lail, shalat dhuha, dan memperbanyak puasa. Terkadang keduanya berpuasa bersama. Saat melihat Rasulullah melakukan iktikaf di masjid pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, ia kadang menyertai beliau dalam ibadah ini dan mendirikan tenda di masjid. Ia juga menyertai Rasulullah dalam haji wada’ pada tahun 11 Hijriyah.

Siti Aisyah juga sangat tertib melaksanakan shalat Tarawih. Jika Ramadhan tiba, ia selalu menyuruh budaknya, Dzakwan, untuk mengimaminya dan membaca mushaf. Ia juga berpuasa Dahr atau puasa sepanjang tahun secara berseling-seling, sehari puasa sehari tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar