Minggu, 19 Oktober 2014

WAFATNYA RASULULLAH shallallahu 'alaihi wasallam ADALAH MUSIBAH TERBESAR

WAFATNYA RASULULLAH
shallallahu 'alaihi wasallam
ADALAH MUSIBAH TERBESAR
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu'anhuma
dan Sabith al-Jumahi radhiyallahu
'anhu mereka berkata:”Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
)) ﺇﺫﺍ ﺃﺻﻴﺐ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﺑﻤﺼﻴﺒﺔ ﻓﻠﻴﺬﻛﺮﻣﺼﻴﺒﺘﻪ ﺑﻲ , ﻓﺈﻧﻬﺎ ﺃﻋﻈﻢ
ﺍﻟﻤﺼﺎﺋﺐ ((
“Apabila salah seorang di antara
kalian ditimpa musibah, maka
hendaknya ia mengingat musibah
yang ia alami dengan (wafatnya)
diriku. Karena sesungguhnya wafatku
adalah musibah yang paling
besar.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad,
ad-Darimi dan lainnya. Hadits ini
shahih dengan dukungan/penguat
hadits-hadits yang lainnya
sebagaimana disebutkan dalam ash-
Shahihah no.1106 )

Melalui hadits di atas, jelaslah bagi
kita bahwa wafatnya Nabi shallallahu
'alaihi wasallam adalah musibah
terbesaryang telah terjadi dan akan
terus dialami oleh seluruh ummat
Islam. Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam meminta kita untuk
mengingat kembali atas wafat dan
kepergian beliau pada saat kita
mengalami musibah, karena dengan
cara demikianlah segala musibah
yang kita alami akan terasa ringan.

Tidak seorang pun kekasih, orang
yang kita cintai, kerabat, atau
sahabat pergi meninggalkan kita,
melainkan hati kita akan merasakan
sakit dan pilu karena berpisah
dengannya. Namun, pernahkah kita
merasakan hal tersebut pada saat kita
merasakan kepergian dan wafatnya
Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam ?

Bagaimana seandainya seseorang
kehilangan seluruh
anggotakeluarganya? Saat itu hatinya
terasa terbakar dan pilu, dan air
matanya melahirkan kesedihan. Lalu,
tidak lama kemudian ia menikah lagi,
dan beberapa tahun setelah itu salah
seorang anaknya (dari istri kedua)
meninggal kedua.

Bagaimana kiranya
kesedihan dan kepiluan hatinya jika
dibandingkan dengan musibah
pertamanya? Bukankah kesedihan
tersebut terasa lebih ringan dan
musibah yang ia hadapi terlihat lebih
kecil?

Demikianlah seharusnya kita
menghibur diri kita tiap kalli diuji
dengan musibah, yaitu dengan
mengingat musibah wafatnya
Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam .

Sesungguhnya Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam telah
berpesan kepada kita dengan
sabdanya:
ﻳﺎ ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﻨﺎﺱ،ﺃﻳﻤﺎ ﺃﺣﺪ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ -ﺃﻭﻣﻦ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ - ﺃﺻﻴﺐ
ﺑﻤﺼﻴﺒﺔ،ﻓﻠﻴﺘﻌﺰ ﺑﻤﺼﻴﺒﺘﻪ ﺑﻲ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﺼﻴﺒﺔ ﺍﻟﺘﻲ ﺗﺼﻴﺒﻪ
ﺑﻐﻴﺮﻱ،ﻓﺈﻥ ﺃﺣﺪﺍ ﻣﻦ ﺃﻣﺘﻲ ﻟﻦ ﻳﺼﺎﺏ ﺑﻤﺼﻴﺒﺔ ﺑﻌﺪﻱ ﺃﺷﺪ
ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻦ ﻣﺼﻴﺒﺘﻲ.
“Wahai sekalian manusia, barang
siapa di antara kalian-atau di antara
orang-orang yang beriman- ditimpa
musibah, maka hendaklah ia
menghibur dirinya dengan mengingat
musibah wafatku, dibandingkan
dengan musibah lain yang menimpa
dirinya. Karena sesungguhnya
seseorang dar umatku tidak akan
ditikpa musibah yang lebih besar dari
pada musibah atas wafatnya diriku.
( HR. Ibnu Majah, dai ‘Aisyah
radhiyallahu 'anha, Shahih Sunan
Ibnu Majah no.1300 )

Seandainya kita merenungi kalimat
ﻓﻠﻴﺘﻌﺰ (hendaknya dia menghibur diri),
niscaya kita akan menemukan obat
dan penyembuhan padanya, dan
sesungguhnya kalimat tersebut
adalah rangkaian huruf-huruf yang
dapat mengobati jiwa yang sedang
duka. Bagaimana seandainya
seseorang kehilangan kedua orang
tua tercintanya dalam sebuah
kecelakaan mobil, misalnya?

Bukankah dampak dari musibah
tersebut akan terus ada dalam hatinya
sepanjang masa? Bagaimana
seandainya ia kehilangan ibunya atau
istrinya atau anaknya? Lalu,
bagaimana dengan diri kita yang telah
ditimpa musibah wafatnya Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam namun
kita tidak merasakannya?

Sesungguhnya musibah ini harus
dianggap sebagai musibah yang
besar, terlebih setelah kita
mendengar sabda Nabi shallallahu
'alaihi wasallam :
(( ﻻ ﻳﺆﻣﻦ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﺣﺘﻰ ﺃﻛﻮﻥ ﺃﺣﺐ ﺇﻟﻴﻪ ﻣﻦ ﻭﻟﺪﻩ ﻭﻭﺍﻟﺪﻩ
ﻭﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﺟﻤﻌﻴﻦ )) ﺃﺧﺮﺟﻪ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻳﻮﻣﺴﻠﻢ
“Tidak sempurna keimanan salah
seorang di antara kalian, hingga aku
lebih ia cintai daripada anaknya,
bapaknya dan manusianya.” ( HR.al-
Bukhari no.15 dan Muslim no. 44)
Seolah-olah makna yang nampak dari
redaksi di atas adalah:”Tidaklah
sempurna keimanan seseorang di
antara kalian hingga musibah
wafatnya diriku menjadi lebih besar
baginya daripada musibah yang
menimpa dirinya karena kehilangan
anaknya, kedua orang tuanya atau
manusia seluruhnnya”.

Di manakah rasa sedih itu kini
berada? Dan di manakah-Demi Rabb
kalian- kedukaan itu kini
bersemayam? Begitulah seharusnya
perasaan seorang Mukmin sejati.

Sesungguhnya kepergian Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam adalah salah satu musibah
dalam agama. Siapa pun yang pergi
meninggalkan Anda, sesungguhnya
semua itu lebih ringan bila
dubandingkan dengan kehilangan
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam .

bersabarlah atas setiap musibah, dan
tegarlah…
ketahuilah sesungguhnya tiap jiwa
tidak akan abadi…
jika engkau ingin menghibur dirimu
dengan sebuah musibah…
maka ingatlah musibahmu atas
wafatnya Nabi…
Pernahkan engkau kehilangan ibu?
Apakah engkau selalu ingat saat ia
wafat –yaitu ketika engkau
meratapinya- bahwa ia telah
mengeluarkanmu dari gelapnya alam
rahim kepada terangnya dunia, dan ia
telah memelihara sertya merawat
dirimu?

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah
menyelamatkan dirimu –melalui
dakwah Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam - dari gelapnya kesesatan
menuju cahaya petunjuk/hidayah dan
tauhid. Dan hal ini –dengan izin
Allah Subhanahu wa Ta'ala -
merupakan pertolongan begimu agar
selamat dari kehidupan yang kekal di
Neraka. Apakah dengan air susu
ibumu, kasih saying juga
kelembutannya engkau dapat
terselamatkan dari kehidupan yang
kekal di Neraka?

Sungguh apa yang telah
dipersembahkan oleh Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam yang –
dengan izin Allah Subhanahu wa
Ta'ala - membuat kita dapat masuk
Surga yang luasnya seluas langit dan
bumi, dan di dalamnya kita akan
hidup abadi serta memperoleh segala
kenikmatan.. Akan tetapi,
kenikmatan Surga itu tidak ada batas
dan akhirnya. Lalu tidakkah wafatnya
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
lebih berhak membuat kita sedih
dibandingkan dengan musibah 2 kecil ni?

Musibah adalah segala sesuatu yang menimpa dan qta tidak menyukainy...
"Inna lillahi wa Inna Ilaihi
Raji’un. Allahumma ajurni fi
musibati wakhluf li khayran"

Ya Allah ! Berikanlah aku pahala
kerana
musibah yang kuderitai dan gantikan
yang lebih baik

Allaahumma laa sahla 'illaa maal ja'altahu sahlan wa 'Anta taj'alul-hazna 'ithaa shi'ta sahlan.
Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali sesuatu yang Engkau permudahkan, Engkau menjadikan kedukaan itu mudah sekiranya Engkau kehendaki.
Musahabah diri..moga manfaat:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar