Senin, 15 Desember 2014

CINTA RASUL

CINTA RASUL

Rabi’ul awal, ya……sekarang kita berada di bulan Rabi’ul awal, yang mana mayoritas kaum muslimin mengenang dan memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam . Ada yang memperingatinya dengan membaca kitab Barjanzi, ada yang dengan cara merayakannya dengan sekaten seperti yang ada di kota Jogja yang kita cintai ini , ada yang dengan tarian dan nyanyian, dll.
Kebanyakan orang menganggap bahwa itu merupakan salah satu bentuk untuk mengenang  Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sebagai wujud cinta kita terhadap Nabi Muhammadshallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sungguh memprihatinkan, jika perayaan maulid dijadikan barometer apakah orang itu mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamatau tidak. Pemahaman inilah yang  harus kita jelaskan kepada masyarakat muslimin, khususnya di Indonesia, lebih khususnya lagi di kota Jogja yang kita cintai ini agar masyarakat mengetahui bagaimana bentuk dan sikap kita jika kita benar-benar mengaku mencintai  Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam serta ingin mengenang jasa-jasa dan perjalanan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Wujud dan bentuk cinta kita terhadap nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
Banyak orang yang mengaku cinta Rasul, bahkan ada yang mengemas kecintaannya terhadap Rasul dengan bentuk tarian dan nyanyian. Jika ada yang bertanya kepada mereka “apakah kamu cinta Rasul”, dengan enteng mereka menjawab : “Ya, aku cinta Rasul” Banyak orang yang  melantukan bait-bait syair pujian terhadap Rasulullah, tapi ketika azan dikumandangkan mereka tidak pergi untuk sholat berjama’ah ke masjid, jarang mengerjakan sholat-sholat sunnah, lalu mana wujud kecintaan kita yang sesungguhnya?
Setiap orang sering mengatakan “Aku cinta Rasul – aku cinta Rasul”, akan tetapi hanya ucapan saja, tanpa ada pembuktian.  karena jika kita mengaku mencintai sesuatu maka tidak cukup dengan ucapan, akan tetapi harus dengan pembuktian.
Nah jika kita ingin mencintai Rasulullah dan berharap agar Allah dan Rasul-Nya juga mencintai kita, maka ada syarat-syarat yang harus kita penuhi.
Syarat-syarat tersebut antara lain :
1.  Mendahulukan dan mengutamakan beliau dari siapa pun
Allah Ta’ala berfirman : Katakanlah: “jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”. (At-Taubah : 24)
Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Tidaklah beriman seorang di antara kalian sehingga aku lebih di cintainya melebihi kecintaannya pada anaknya, orang tuanya, bahkan seluruh manusia.” (Shahih, HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, An-Nasa’i)
2.  Membenarkan segala yang disampaikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Yakni dengan mengimani kemaksuman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari dusta atau buhtan (fitnah) dan membenarkan segala yang dikabarkan beliau tentang perkara yang telah berlalu, sekarang, dan akan datang. Karena Allah Ta’ala berfirman :
“Demi bintang ketika terbenam. Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An Najm: 1-4)
Bedasarkan ayat diatas, kita wajib mengimani bahwa setiap perbuatan dan perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah wahyu Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
3.  Adab dan akhlak kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Di antara bentuk adab dan akhlak kita kepada Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah memuji beliau dengan pujian yang layak baginya, yakni dengan menyampaikan sholawat dan salam kepada beliau dengan sholawat yang telah diajarkan oleh Rasulullah kepada kita.
Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Orang yang bakhil (pelit) adalah orang yang apabila namaku disebut di sisinya, dia tidak bershalawat kepadaku.” (HR. Tirmidzi no. 3546 dan Ahmad (1/201). At Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan shohih ghorib. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih)
Beliau juga bersabda :
“Sungguh hina orang yang (mendengar) namaku disebut lalu ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku (shallallahu ‘alaihi wa sallam).” (HR.At-Tirmidzi, beliau berkata : Hadits ini Hasan)
4.  Ittiba’ (mencontoh) Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam serta berpegang pada petunjuknya.
Wajib bagi setiap muslim untuk ber ittiba’ (mencontoh) tata cara beribadah sesuai dengan yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam . Karena syarat diterimanya ibadah ada 2, yaitu:
1.            Niat dengan ikhlas karena Allah Ta’ala
2.            Ittiba’ ( sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam )
Jika kita beribadah hanya dengan niat ikhlas saja tanpa kita mengikuti petunjuk Rasulullah (cara itu tidak pernah dilakukan Rasulullah), maka ibadah itu tertolak, begitu pula sebaliknya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)
Jika kita memang benar-benar mengaku mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka wajib tunduk dan patuh terhadap apa-apa yang diperintahkan serta menjauhi apa-apa yang dilarang Nabi,  baik dalam masalah aqidah, ibadah, akhlak atau yang lainnya. Allah Ta’ala berfirman di dalam surat Ali-Imran :31, yang kata ulama’ ayat ini disebut juga sebagai ayat ikhtibar (ayat penguji) untuk menguji keimanan seseorang, apakah orang tersebut benar-benar mencintai Allah atau tidak.
Allah Ta’ala  berfirman  :
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku (muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” (Ali-Imran:31)
5.  Berhakim kepada ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Termasuk wujud cinta kepada Rasul adalah menerima keputusan dari Allah dan Rasul-Nya ketika terjadi perselisihan / perbedaan pendapat diantara kita.
Allah Ta’ala berfirman : “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa': 65)
6.  Membela Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Membela dan menolong Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah salah satu tanda kecintaan dan pengagungan.
Allah Ta’ala berfirman :  “(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al Hasyr: 8 )
Salah satu bentuk membela Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dengan membela sahabat dan istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
”Janganlah mencaci maki salah seorang sahabatku. Sungguh, seandainya salah seorang di antara kalian menginfakkan emas sebesar gunung Uhud, maka itu tidak menyamai satu mud (yang diinfakkan) salah seorang mereka dan tidak pula separuhnya.” (HR. Muslim no. 2541)
Sungguh keji jika ada yang mencela bahkan mengkafirkan para sahabat sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Syi’ah (Rafidhah), di dalam kitab-kitab dan ceramah-ceramah para pemimpin dan ‘ulama mereka. Mereka mencela Abu bakar, Umar, Utsman, bahkan terhadap Ummul mu’minin istri Rasulullah yakni Aisyah radiallahu‘anha dan juga para sahabat yang lainnya. Mereka hanya mengakui kepemimpinan ‘Ali dan Ahlul baitnya, sehingga para ‘ulama telah menghukumi mereka (yakni orang-orang syi’ah) bahwa mereka telah tersesat jauh dari jalan yang lurus, bahkan ada sebagian ‘ulama yang menyatakan bahwa mereka telah kafir.
7.  Membela, Menyebarkan  dan menghidupkan sunnah-sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Termasuk wujud cinta kita kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dengan mengamalkan sunnah-sunnahnya, karena di jaman sekarang sunnah-sunnah Beliau sudah banyak yang dimatikan, tidak lagi dihidupkan, bahkan kaum muslimin sendiri pun merasa aneh dan asing ketika ada orang yang berusaha untuk menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Banyak kita jumpai, ketika ada orang yang memanjangkan jenggot, memendekkan kain/celananya di atas mata kaki, bagi yang wanita dengan memanjangkan jilbabnya hingga menutupi dadanya. Berapa banyak orang yang menyebutnya sebagai kelompok aliran keras? menyebut mereka sebagai teroris?. Kalau kita menyebut pelaku peledakan bom yang mengatas namakan jihad bahkan berpenampilan sunnah, seperti bom yang ada di Bali, Jakarta, atau yang lainnya, memang itu adalah tindakan terorisme, dan tindakkan mereka jelas diharamkan dalam Islam walaupun mereka mengatas namakan Jihad. Akan tetapi jika yang kita cela adalah orang yang benar-benar berusaha untuk menjalankan sunnah dengan memanjangkan jenggot, memendekkan kain/celananya di atas mata kaki lalu kita tuduh sebagai teroris, sebagai kelompok aliran keras, padahal apa yang mereka cela adalah sunnah Rasul, berarti sadar atau tidak sadar mereka telah mencela Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Itu baru sebagian kecil sunnah-sunnah beliau yang dihidupkan, bagaimana jika sunnah-sunnah beliau yang lain juga dihidupkan? pasti akan semakin banyak yang menentangnya. Karena memang sudah sunnatullah, bahwa Islam ini akan dianggap asing dan aneh oleh pemeluknya sendiri.
Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Sesungguhnya Islam bermula dalam keadaan asing dan akan kembali  asing sebagaimana permulaannya, maka beruntunglah orang-orang yang asing” (Shahih, HR. Muslim),
Yakni orang yang senantiasa mengamalkan Islam dengan benar dan berusaha menghidupkan sunnah-sunnah Rasul-Nya, walaupun banyak manusia yang mengucilkannya, menghinanya dan mengasingkannya, maka sesungguhnya orang itulah yang beruntung, sebagaimana sabda Rasulullah di atas.
Semoga kita termasuk orang yang benar-benar mencintai Rasulullah, yang bukan hanya dengan ucapan saja, akan tetapi benar-benar dengan pembuktian dan pengamalan. Semoga kita termasuk orang yang dikumpulkan  Allah di surga-Nya kelak bersama Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam.  Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar