Senin, 17 November 2014

Hadits-Hadits Rasulullah Saw tentang Wahabi

Hadits-Hadits Rasulullah Saw tentang Wahabi




“Di akhir zaman nanti akan keluar segolongan kaum yang muda usianya, bodoh cara berpikirnya, mereka berbicara dengan sabda Rasulullah, namun iman mereka tidak sampai melewati kerongkongan. Mereka keluar dari agama Islam seperti anak panah tembus keluar dari (badan) binatang buruannya. Apabila kamu bertemu dengan mereka maka bunuhlah mereka, karena membunuh mereka mendapat pahala di sisi Allah pada hari kiamat.” (HR. Bukhari, Abu Daud, Tirmidzi, Ahmad Nasa’i dan lainnya)




“Dari Ibnu Umar yang berkata : Rasulullah SAW keluar dari rumah Aisyah lalu bersabda, “Puncak kekafiran berasal dari sana, yang mana di sana muncul tanduk setan” yakni dari timur Madinah. (HR. Bukhari, Muslim, Malik, Ahmad dan lainnya)
 

“Kalian kedatangan penduduk Yaman, mereka berhati sangat lembut dan berperasaan halus. Iman itu ada di Yaman dan hikmah (juga) ada pada orang-orang Yaman. (Sedangkan) puncak kekafiran ada di daerah timur.  



Rasulullah SAW berdiri di atas mimbar dan bersabda “Disanalah daerah berbagai fitnah” seraya beliau menunjuk ke timur Madinah,“ dari sana timbul pongkol setan” atau Nabi bersabda “tanduk setan” (HR. Bukhari, Ahmad dan Tirmidzi, dengan lafal darinya, dia mengatakan hadits ini Hasan Shahih)
Ciri-ciri mereka bercukur (Plontos)celana nggantung dan Memecah Belah Umat  
 
Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi Saw. Bersabda: “Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al-Qur’an namun tidak sampai melewati batas kerongkongan mereka. Mereka keluar dari agama islam seperti anak panah tembus keluar dari (badan) binatang buruannya. Mereka tidak pernah kembali sampai anak panah bisa kembali ke busurnya. Ciri-ciriMereka “keluar dari agama islam seperti anak panah yang tembus keluar.”Mereka dihukumi oleh Nabi Saw. sebagai orang yang telah keluar dari agama Islam (murtad) dan tidak pernah kembali lagi seperti tidak pernah kembalinya anak panah yang tembus keluar dari badan binatang buruannya. Hal itu di antaranya karena penyimpangan akidah mereka dalam tajsim(menganggap Allah Swt. memiliki badan dan anggota tubuh) dan tasybih (menyerupakan Allah Swt. dengan makhluk), juga disebabkan perilaku mereka yang buruk terhadap umat islam, seperti: takfir(mengkafirkan), tabdi’ (membid’ahkan), mengaggap diri paling benar, menjaga jarak dan tidak mau berteman atau menegur muslim lain di luar kelompok mereka (mereka istilahkan dengan hajr al-mubtadi’).Asal “fitnah-fitnah itu datang dari sana”Nabi Saw. telah memberitahukan kepada umatnya bahwa kemunculan fitnah-fitnah yang menerpa umatnya berasal dari arah timur (baca: timur Madinah, yakni Najd di Saudi Arabia). Fitnah ini bukan hanya sekali, tetapi berkali-kali. Sebab, kata fitnah dalam hadits di atas menggunakan bentuk prural, yaitu “fitan” (fitnah-fitnah). Sejarah mencatat bahwa Musailamah ibnu Habib al-Kadzdzab, Sajah binti al-Harits ibnu Suwaid at-Tamimah, Thalhah ibnu Khuwailid al-Asadi, dan orang-orang semisal mereka, semua berasal dari Najd, tanah kelahiran Muhammad ibnu Abdul Wahab si pendiri sekte Salafi Wahabi. Bahkan, para pembuat fitnah itu berasal dari kaum/kabilah yang sama dengan kabilahnya pendiri Wahabi, yaitu Bani Tamim.“Puncak kekafiran berasal dari sana”Maksud redaksi hadits ini adalah bahwa Rasulullah Saw. mengingatkan umatnya atas kehadiran “fitnah besar” yang akan muncul dari Najd sebagai “puncak kekafiran kepada Allah Swt.” Terbuka kemungkinan bahwa yang dimaksud “fitnah besar” atau “puncak kekafiran” itu adalah sekte Salafi Wahabi, karena mereka berasal dari Najd. Mengapa Salafi Wahabi bisa dibilang sebagai fitnah besar bagi umat Islam? Karena mereka telah memporak-porandakan persatuan umat saat ini, membid’ahkan, mengkafirkan, membunuhi umat Islam, memalsukan buku-buku sebagaimana yang akan kita kupas dalam buku kedua kami, insya Allah – menganggap sesat, sekaligus menyesatkan umat dengan akidah tajsim dan tasybihnya, menganggap diri paling benar dan membuat umat saling curiga dan tidak nyaman dalam beribadah. Ini semua bukan hanya fitnah bagi umat Islam, tetapi juga bagi umat di luar Islam.“Setiap kali muncul tanduk dari mereka ditumpas”Nabi Saw. mengucapkan kalimat ini sebanyak kurang lebih 10 kali, sebagaimana tertuang dalam redaksi hadits tersebut. Dalam hadits lain Nabi Saw. mengatakan, “setiap kali muncul tanduk dari mereka, maka Allah Swt. akan memotongnya.“ Itu menandakan bahwa, jumlah sekte-sekte menyimpang dalam Islam yang muncul dari daerah Najd bukan hanya satu, melainkan beberapa kali. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa sekte sesat yang berasal dari Najd diantaranya adalah Musailamah ibnu Habib al-Kadzdzab, Sajah binti al-Harits ibnu Suwaid at-Tamimah dan Thalhah ibnu Khuwailid al-Asadi. Namun keberadaanKaum itu berasal dari “Timur kota Madinah”Yakni, Najd di Saudi Arabia – sebagaimana dijelaskan pada hadits-hadits lainnya – yang juga merupakan tempat lahirnya faham Salafi Wahabi. Sehingga secara langsung, hadis itu juga mengarah kepada Salafi Wahabi.Istimewanya lagi, hadis-hadis terkait Salafi Wahabi ini bukanlah hadits-hadits Ahad, melalinkan hadis-hadis Mutawatir yang diriwayatkan oleh kumpulan banyak sahabat Nabi Saw. yang jujur dan terpercaya, kepada kumpulan banyak sahabat lain atau tabi’in atau orang-orang setelahnya. Artinya tidak ada celah bagi kebohongan massal terkait hadis-hadis tersebut karena begitu banyaknya perawi yang meriwayatkannya. Hadis-hadis ini adalah hadis-hadis shahih yang diriwayatkan Ashab ash-Shihhah as-Sittah (6 perawi hadis-hadis shahih). Riwayat Ashab ash-Shihhah as-Sittah ini diperkuat pula dengan mayoritas kitab-kita hadits yang lain yang juga meriwayatkan hadis-hadis yang sama dan menyatakan keshalihannya.Kita merasa yakin terhadap keshahihan suatu hadis, jika Imam Bukhari dan Imam Muslim sama-sama meriwayatkannya (disebut hadits Muttafaq ‘Alaih). Lalu bagaimana jika hadits itu juga diriwayatkan oleh 6 perawi hadits shahih yang lain dan puluhan imam-imam hadis? Terlebih lagi – sebagai salah satu indikasi lain akan kebenaran hadis-hadis tentang Salafi Wahabi ini – hadis-hadis tersebut ditulis pada abad ke-2 dan ke-3 Hijriyah, yang mana pada zaman itu masa depan umat manusia tidak ada yang mengetahui dan tidak bisa diprediksi sama sekali. Bahkan, pada saat itu leluhur dan nenek moyang ke-10 Muhammad ibnu Abdul Wahab (pendiri Salafi Wahabi) belum dilahirkan. Sehingga sangat mustahil jika hadis-hadis tersebut ditulis secara sengaja berdasarkan pengetahuan mereka tentang Salafi Wahabi, yang baru muncuk 1200 tahun kemudian, yaitu di abad 18 Masehi/12 Hijriyah bulan Safar tahin 37 H.  Begitu pula Musailamah al-Kadzdzab yang telah muncul bahkan pada masa Nabi masih hidup.Oleh karena itu, bisa dibenarkan bila Salafi Wahabi masuk dalam kategori yang disitir oleh hadits di atas. Sebab, ajaran Salafi Wahabi baru muncul pada abad ke-18 Masehi atau 1200 tahun setelah masa Rasulullah Saw. Pendiri Salafi Wahabi, Muhammad ibnu Abdul Wahab pun baru wafat pada tahun 1206 Hijriyah/1792 Masehi.Usia kaum itu “berumur muda”Poin ini bisa memiliki banyak maksud, diantaranya adalah usia pergerakan dakwahnya masih muda, atau ajaran yang dibawanya adalah ajaran muda (baru) yang tidak sama dengan sekte-sekte sebelumnya. Atau ilmunya sedikit dan belum matang sehingga dikatakan masih muda. Atau cara berpikirnya pendek dan sempit disebabkan oleh pengalamannya yang masih muda. Semua kriteria ini bisa masuk ke dalam sekte Salafi Wahabi.24-petasaudiarabia.jpgMereka yang mengatakan Najd adalah “dataran tinggi” di Irak, salah besar. Karena selain Irak bukan daerah dataran tinggi, juga karena Irak berada di sebelah utara kota Madinah dan tidak pernah ada nama daerah Najd di Irak. Sungguh selalu benar apa yang disabdakan Rasulullah Saw. tentang Najd. Silakan lihat peta Saudi Arabia di bawah ini:
  


Letak Najd [yang diberi tanda lingkaran] berada tepat di sebelah timur Madinah [yang diberi tanda panah lurus ke kanan], sedangkan Irak berada di sebelah utara sebagaimana ditunjukkan oleh tanda panah atas.Al’Allamah Sayyid Alwi ibnu Ahmad ibnu Hasan ibnu al-Quthb Abdullah Al-Haddad menyebutkan dalam kitabnya Jala’ azh-Zhalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abbas ibnu Muthallib dari Nabi Saw.: “Akan keluar di abad kedua belas (setelah hijrah) nanti di lembah Bany Hanifah seorang lelaki, yang tingkahnya bagaikan sapi jantan (sombong), lidahnya selalu menjilat bibirnya yang besar. Pada zaman itu banyak terjadi kekacauan, mereka menghalalkan harta kaum muslimin, diambil untuk berdagang (tujuan dunia) dan menghalalkan darah kaum muslimin.”Yang dimaksud Bany Hanifah dalam hadis itu adalah kabilah yang mengikuti nabi palsu, Musailamah al-Kadzdzab, yang juga kaum Muhammad ibnu Saud, pendiri Saudi. Kemudian dalam kitab tersebut Sayyid Alwi menyebutkan bahwa orang yang tertipu ini tiada lain ialah Muhammad ibnu Abdul Wahab. Adapun mengenai sabda Nabi Saw. yang mengisyaratkan bahwa akan ada keguncangan dari arah timur (Najd) dan dua tanduk setan, sebagaimana ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan dua tanduk setan itu tiada lain adalah Musailamah al-Kadzdzab dan Muhammad ibnu Abdul Wahab yang meninggal tahun 1206 H / 1792 M.
Tidak Mencintai Rasulullah SAW dan Keluarganya (Ahlul Bait)Wahabi merasa senang untuk merendahkan derajat dan kehormatan Rasulullah Saw. Syaikh Ahmad Zaini Dahlan menuturkan:“Syaikh itu (ibnu Abdul Wahab) sering melecehkan nama baik Rasulullah Saw. melalui ungkapan-ungkapannya, dengan alasan memelihara tauhid. Misalnya, dia memanggil Rasulullah Saw. dengan sebutan “Tharisy”. Tharisy dalam bahasa Masyriq berarti orang yang berprofesi mengantarkan pesanan/barang kepada orang lain (kurir), atau tukang membawa surat seperti tukang pos. Tujuannya untuk merendahkan Rasulullah Saw. bahwa beliau tidak lebih dari seorang kurir atau tukang pos yang membawa pesan dari seorang Emir atau yang lain, setelah itu pergi. Sampai-sampai, sebagian pengikutnya sering mengatakan, “Tongkatku ini lebih mulia dari Muhammad, karena lebih bermanfaat untuk membunuh ular dan sejenisnya. Sedangkan Muhammad sudah jadi bangkai, tidak tersisa sedikit pun manfaat darinya. Dia hanyalah tharisydi masa lalu.”
Subhanallah! Bukankah Nabi Saw. sangat mencintai umatnya dan menyebut-nyebutnya hingga ketika beliau akan meninggalkan dunia yang fana ini? Bukankah Nabi Saw. akan memberikan syafaatnya kepada umatnya yang sangat dia cintai ini? Di manakah rasa cinta kita kepada beliau Saw.? Jangan-jangan Ibnu Abdul Wahab ini tidak mau diaku sebagai umat Rasulullah Saw.! Na’udzubillah.22-anasayyiduwaladi.jpgBegitu juga dengan para pengikut Muhammad ibnu Abdul Wahab, mereka hingga kini masih saja mengharamkan umat Islam untuk memanggil Nabi Saw. dengan sebutan “Sayyid” (baginda/penghulu). Cukup aneh. Betapa tidak, bukankah Rasulullah Saw. dalam hadis yang sangat shahih tak terbantahkan mengatakan:




“Aku adalah sayyidnya anak Adam dan (julukan ini) bukan suatu kesombongan”.



“Aku adalah sayyidnya manusia pada hari kiamat”.Dan hadis-hadis lain yang menunjukkan bahwa penggunaan kata sayyid biasa digunakan oleh Rasulullah Saw. dan para sahabatnya.Bahkan pengikut setia al-Albani yang bernama Muhammad Syaqrah dalam bukunya Irsyad as-Sari menyatakan, boleh menggunakan kata sayyid kepada semua orang, kecuali kepada Rasulullah Saw. dan ahlu baitnya. Muhammad Syaqrah menyampaikan alasan bahwa hal itu akan mengarah kepada penyembahan kepada Rasulullah ataupun ahlu bait. Masya Allah! Sejak zaman Rasulullah Saw. hingga saat ini, adakah umatnya yang telah menyembahnya hanya karena memuliakan beliau dengan panggilan sayyid? Tidak ada satu pun. Padahal, ajaran sesat Wahabi yang melarang penggunaan kalimat itu baru hadir 210 tahun yang lalu! Artinya, sudah 1200 tahun (12 abad lebih) telah berlalu sebelum kehadiran Wahabi.---ooo0ooo---والله اعلم بالصواب

Tidak ada komentar:

Posting Komentar